Diare bisa menyerang semua usia, termasuk anak-anak. Selama ini diare pada anak masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak di bawah usia 5 tahun. Sekitar 1,7 miliar anak di seluruh dunia mengalami diare setiap tahun.
Diare mengacu pada tinja yang encer atau encer yang dikeluarkan lebih dari 3 kali sehari atau anak-anak buang air besar lebih dari 3 kali secara normal. Diare biasanya disebabkan oleh infeksi, baik itu infeksi virus, bakteri atau parasit. Menjadi orang tua walaupun mempunyai banyak aktivitas harus paham benar dengan keadaan anak ketika mengalami gejala yang tak wajar.
Gejala diare pada anak yang sering terjadi
- Perut Kembung dan Nyeri Perut
Bakteri yang menyerang saluran pencernaan bisa menyebabkan penderita merasa bengkak karena mengeluarkan banyak gas. Pada saat yang sama, sakit perut terjadi akibat kontraksi perut yang terus menerus untuk mengeluarkan kotoran dan racun dari saluran pencernaan.
- Lemas dan Dehidrasi
Saat diare terjadi, tubuh manusia dengan cepat kehilangan air dan elektrolit di dalam tubuh. Ini karena saluran pencernaan sulit menyerap cairan dan elektrolit. Jika tidak ditangani dengan baik akan meningkatkan risiko dehidrasi. - Demam
Jika diare pada anak disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tubuh pasien akan bereaksi terhadap bakteri penyebab penyakit tersebut. Akibatnya, gejala demam bisa muncul.
Penyebab Diare pada Anak
Berikut adalah empat faktor risiko yang mempermudah seorang anak terserang diare:
Status Gizi Kurang Baik
Anak-anak dengan gizi buruk rentan terhadap diare yang parah, jangka panjang, dan berulang. Lapisan saluran cerna anak kurang gizi dinilai sangat rentan terhadap infeksi akibat sistem imun yang buruk.
Selain itu, bila anak mengalami diare, status gizinya dapat menurun karena nafsu makan menurun dan penyerapan nutrisi yang kurang optimal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, berat anak di bawah 5 tahun di dunia kurang dari 129 juta, lebih rendah dari anak-anak lain pada usia yang sama.
Kebersihan Perorangan yang Buruk
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan ibu atau pengasuh yang memiliki perilaku mencuci tangan yang baik, kebiasaan mencuci tangan yang buruk dari ibu atau anak kecil berisiko menyebabkan diare akut, yaitu 2,45 kali lipat risiko diare. Apalagi anak-anak suka bermain, sehabis bermain tentunya harus dibiasakan untuk cuci tangan.
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan kemungkinan terjadinya diare pada anak hingga 47%. Oleh karena itu, ajarkan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas (seperti sebelum dan sesudah makan, setelah bermain, dan setelah buang air besar).
Demikian pula, orang tua atau pengasuh harus mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar, setelah menangani kotoran anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberi makan anak, dan sebelum makan.
Kurangnya Sarana Air Bersih
Bakteri penyebab diare pada anak bisa menyebar melalui makanan, minuman, atau benda yang terkontaminasi feses.
Misalnya, air yang terkontaminasi bakteri digunakan untuk tempat minum, cuci tangan, wadah makanan dan minuman. Bakteri bisa masuk ke mulut anak melalui kontak dengan benda tersebut dan menyebabkan diare.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan air di lingkungan tempat tinggal Anda. Minum air putih (rebus 1-3 menit), taruh air di tempat yang bersih dan tertutup, dan cuci semua peralatan dengan air bersih.
Sarana Pembuangan Tinja yang Buruk
Meski jarang terlihat di kota besar, namun masih ada orang atau keluarga yang belum memiliki WC. Akibatnya, keluarga tidak memiliki fasilitas pengolahan kotoran yang memadai.
Setiap orang harus buang air besar di toilet, dan setiap keluarga harus memiliki toilet yang berfungsi dengan baik dan membersihkannya secara teratur. Kotoran yang tidak mencukupi dapat menjadi tempat penyebaran bakteri, atau mungkin tempat berkembang biak lalat.
Selain itu, orang tua atau wali perlu memperhatikan cara penanganan feses bayi. Jika bayi atau anak-anak masih menggunakan popok, harap buang kotorannya ke toilet terlebih dahulu. Jangan langsung membuang popok yang berisi urine Anda ke tempat sampah.
Efek Samping Obat
Anak yang minum obat (salah satunya antibiotik) bisa menyebabkan diare saat minum obat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika anak-anak dapat dengan mudah menyebabkan diare jika mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah penyakit di mana tubuh manusia tidak dapat mencerna laktosa (gula dalam susu) dalam jumlah besar. Ini karena enzim laktase yang bertanggung jawab untuk mencerna laktosa tidak ada di dalam tubuh.
Salah satu gejalanya adalah diare berbusa, mual dan muntah. Anak-anak yang berisiko mengalami intoleransi laktosa rentan mengalami diare.
Jika diare semakin parah atau muncul gejala berikut ini, segera konsultasikan ke dokter:
- Adanya tanda dehidrasi seperti mulut anak kering, mata cekung, jumlah urine sedikit
- Sesak napas
- Pingsan
- Kejang
- BAB berdarah
Kebersihan dapat mengatasi masalah diare pada anak. Sangat penting bagi orang tua atau wali untuk memahami faktor risiko yang dapat membuat anak lebih rentan terkena diare, sehingga dapat lebih berhati-hati dan mengetahui cara menangani diare pada anak.
Dengan lingkungan yang bersih dan dukungan dari pengasuh dan masyarakat, mereka akan menjaga pola hidup sehat yang konsisten dan membantu anak-anak Anda terhindar dari diare.